Pancasila dan Digitalisasi
Kamis,25 Mei 2023 - 12:18:42 WIBDibaca: 786 kali
Dr. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D. (Dok: Muchamad Rizqi)
Era digital merupakan satu tahap yang mengiringi perkembangan manusia. Saat ini, hampir tidak ada aktivitas manusia yang tidak bersentuhan dengan teknologi terlebih teknologi informasi di mana sebagian besar informasi ditransaksikan dalam bentuk digital. Dapat dikatakan bahwa saat ini informasi menjadi komoditas utama. Suka atau tidak, siap atau tidak, setiap individu pasti akan dihadapkan pada fenomena ini terlebih generasi muda di mana generasi ini yang paling rentan menerima segala jenis informasi sehingga diperlukan sebuah pijakan yang kuat untuk menyikapinya.
Perkembangan teknologi digital merupakan sebuah tatanan baru sehingga diperlukan keterampilan dan kemampuan dalam mencerna secara matang ketika berhadapan dengannya (teknologi). Hal itu disampaikan oleh Dr. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D, dalam seminar dengan tema Tantangan Generasi Muda di Era Digital yang diselenggarakan di Kampus Untag Surabaya (23/5).
Menurut Agus, ketika berbicara mengenai teknologi tidak hanya menyentuh skill tapi juga bagaimana moral juga diperlukan sebagai pijakan kuat bagi setiap individu. "Hal ini harus disikapi secara matang-matang dan tentunya harus beresensi dengan dasar negara, yakni Pancasila," ujarnya.
Di era digitalisasi seperti saat ini Pancasila memiliki sebuah relevansi yang sangat erat dan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengambilan sebuah keputusan atau tindakan moral. "Salah satu ranah implementasi Pacasila yaitu berbicara mengenai wilayah privat, sehingga setiap individu harus memiliki kemampuan untuk menjaga dan melindungi wilayah ini sebaik-baiknya terutama di era kebebasan informasi seperti saat ini," tutur alumnus Northern Arizona University ini.
Di hadapan mahasiswa Untag Surabaya, Agus menyatakan bahwa setiap individu merupakan bagian dari berbagai ragam tatanan kehidupan termasuk dalam kelompok terkecil (keluarga) sekalipun di mana di kelompok inilah karakter dari setiap individu terbentuk.
"Maka, di sinilah pendidikan karakter itu diperlukan. Melalui media sosial kaum muda ingin melihat dunia yang berbeda karena keberadaanya yang selalu terbuka bagi siapapun sehingga media sosial bisa menjadi sarana reformis," ujar Agus.
Dalam kegiatan yang dimoderatori oleh Ghulam Maulana Ilman, S.AP., M.PA, tersebut Agus juga menyampaikan bahwa dalam menyikapi hal ini individu harus memiliki kapasitas dalam mengevaluasi informasi secara kritis, membuat keputusan moral, dan mengambil tindakan dalam rangka memperbaiki kondisi manusia sehingga bukan hanya berbicara tentang keterampilan tapi jga tentang nilai-nilai.
Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menuturkan bahwa sebagai bagian dari masyarakat sipil kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi hal yang penting sehingga apa yang dilakukan baik individu maupun kelompok cenderung dari mereka dan untuk mereka sendiri di mana kebebasan ini tentunya juga harus tetap berpedoman pada Undang-Undang yang berlaku. Artinya ada sebuah strategi yang dimiliki oleh negara yang mengatur kebebasan itu, yakni dengan removing the causes.
"Kuncinya adalah setiap individu harus dapat mengidentifikasi kemampuannya dalam memilih kelompok yang tepat sehingga dengan kemampuan yang dimiliki diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk negara karena republik kita pada dasarnya tidak akan bisa hidup tanpa common good," pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan seminar tersebut, yakni Ketua Mata Kuliah Umum (MKU) Untag Surabaya, Dr. Bambang Kusbandrijo, M.S, beserta beberapa dosen pengampu MKU. (riz)
Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya